JUMLAH PENGUNJUNG

Translate

Rabu, 06 November 2013

Mengapa Doktor Bedah Memakai Baju Hijau?

Selalu dalam bilik bedah kita selalu tengok doktor memakai baju hijau semasa bertugas. Kenapa?
Pada mulanya doktor dikatakan memakai warna putih kerana ia warna yang melambangkan kebersihan. Bagaimanapun, seorang doktor yang berpengaruh telah menggantikan warna putih dengan warna hijau kerana menurutnya warna hijau lebih sejuk.
Walaupun sukar dipastikan mengapa warna hijau paling sesuai bagi doktor untuk melihat lebih baik di ruang pembedahan, secara umumnya kerana hijau adalah warna berlawanan dengan warna merah.
Warna hijau dapat menyegarkan mata ahli bedah semasa melihat benda-benda berwarna merah, termasuk organ-organ tubuh yang berlumuran darah ketika pembedahan.
Melihat warna merah secara terus menerus menyebabkan signal warna merah di otak mengurangkan sensiviti terhadap variasi warna merah.
Alasan lainnya adalah, terus-menerus fokus pada warna merah akan menyebabkan pakar bedah kurang memberikan tumpuan dan mengganggu penglihatan doktor.
Jika warna baju-baju pakar bedah berwarna hijau, ilusi ini akan memudar dan tidak akan mengganggu penglihatan doktor.

Tahukah Anda: Umumnya Dokter Bedah Tidak Pakai Cincin Kawin?



Katanya demi tuntutan profesi, umumnya dokter bedah yang walaupun sudah menikah, memilih untuk tidak memakai cincin pernikahannya dalam kehidupan sehari-hari. Dokter bedah –termasuk dokter ortopedi yang harus cukup sering mengguna-kan pisau bedah dalam pekerjaannya– demi menghindari resiko infeksi pada pasien, harus rela untuk tidak mengenakan aksesoris pada tangan mereka, seperti gelang, jam tangan, atau cincin, termasuk cincin pernikahan atau yang lebih sering kita sebut dengan cincin kawin. Alasannya, kedua tangan sang dokter bedah harus disteril, dari ujung kuku hingga di atas siku tangan sebelum melakukan pembedahan. Sarung tangun mungkin terperforasi(sekitar 30%) selama pembedahan. Ditambah kenyataan bahwa cincin kawin umumnya tidak polos, tetapi dihiasi batu permata, sehingga ada celah-celah yang bisa luput dari sterilisasi dan kemungkinan cincin bisa merobek sarung tangan operasi, jadi harus dilepas. Terlalu sering dilepas, akhirnya mungkin bisa hilang karena lupa memakainya kembali. Jam tangan atau gelang kalau hilang bisa dibeli gantinya. Kalau cincin kawin? Saya jadi ingin tahu apa pendapat pribadi sang dokter bedah.

Mumpung ibu saya belum pulih dari fraktur trochanter pasca bedah fiksasi, saya pun tidak melepaskan peluang untuk bertanya pada sang dokter bedah ortopedi. Jadi untuk kesekian kalinya sayapun tanya-tanya pada dokter ortopedi yang menangani bedah fiksasi fraktur trochanter pada Ibu saya, Dr. Kurniawan, SpOT. Beliau menjawab bahwa karena dalam pembedahan harus steril, maka aksesoris seperti jam tangan dan cincin, termasuk cincin kawin harus dilepas. Karena kuatir bisa hilang karena terlalu sering dilepas, akhirnya disimpan saja alias tidak pakai cincin kawin. Sebenarnya sih masih ingin bertanya, bagaimana pendapat dan sikap isteri sang dokter tentang hal ini. Tetapi karena kuatir dianggap melanggar ranah pribadi sang dokter, sayapun urung bertanya lebih jauh.

Jadi beralihlah saya ke internet untuk jawaban yang lebih lengkap. Inilah hasil yang saya temukan. Ternyata bukan hanya dokter bedah, tetapi praktisi medis lain yang berhubungan dengan ruang operasi umumnya, baik itu suster, resident maupun dokter bedah/anasthesia, mau tak mau harus menghadapi “masalah” cincin kawin ini.
·         Cukup mengejutkan, ternyata jawaban Dr. Kurniawan, SpOT  ternyata mewakili pilihan mayoritas dokter bedah: tidak memakai cincin kawin dalam kehidupan sehari-hari, kecuali untuk acara resmi sosial seperti resepsi, kondangan, dan lain-lain. Pulangnya, ya dilepas lagi.
·         Berdasarkan polling yang pernah diadakan di Amerika, sebagian pasangan dokter bedah memang tidak keberatan bahwa sang dokter bedah tidak memakai cincin kawin. Daripada cincin kawin nya dilepas dan taruh di sembarang tempat, mending disimpan di rumah, adalah salah satu jawaban isteri seorang dokter bedah.
·         Ada juga dokter bedah yang memilih tetap memakai cincin kawin nya, bukan di jari tangan, tetapi dicantolkan pada kalung leher seperti bandul. Kebayang gak, seorang dokter bedah berusia 50an atau lebih, memakai kalung yang berbandul cincin? Hm…
·         Ada juga dokter bedah yang memilih untuk menggunakan 2 cincin, cincin kawin resmi yang “fancy” untuk acara sosial resmi saja, dan cincin polos untuk dipakai sehari-hari dan gampang disteril sehingga bisa di pakai di bawah sarung tangan operasi, sebagai penanda bahwa dokter yang bersangkutan sudah menikah, untuk mencegah salah paham yang tak perlu.
·         Lalu ada yang mengusulkan, di tattoo bentuk cincin saja. Memang sepintas sepertinya tattoo cincin bisa jadi penyelesaian yang praktis. Tetapi jangan lupa, bagian dalam telapak dan jari tangan tak bisa di tattoo. Jadi janggal ‘kan, cincinnya cuma setengah. Lalu kalau kebetulan terjadi perceraian, atau pasangannya meninggal, bagaimana? Menghapus tattoo jelas tak mudah.
·         Lalu memang pernah ada riset tentang perbedaan tingkat infeksi pada pasien yang dibedah, antara hasil bedah dari dokter yang memakai cincin dan tidak memakai cincin. Disebutkan dalam riset tersebut, 2 tahun pertama sang dokter bedah tidak memakai cincin dalam tiap pembedahan. 2 tahun berikutnya sang dokter bedah memakai platinum polos(dipilih yang polos supaya tidak ada kemungkinan merobek sarung tangan) di bawah sarung tangan operasi. Dengan catatan bahwa pada tiap proses sterilisasi tangan pra bedah, dipastikan bahwa cincin dilepas dan ikut disteril, demikian juga permukaan kulit jari tempat cincin. Dari hasil percobaan 4 tahun tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan tingkat infeksi antara memakai dan tidak memakai cincin. Justru celah-celah dan kutikula jari-jari tangan yang menyebabkan resiko infeksi yang lebih tinggi, dibanding memakai cincin platinum polos tersebut.

Jadi sebenarnya semua berpulang pada pilihan pribadi, bagaimana menyikapinya. Tetapi dokter bedah sepertinya halnya dokter pada umumnya punya jadwal yang sangat padat, antara lain jadwal praktek, harus terus-menerus belajar pengetahuan tentang bidang mereka yang memang terus berkembang, harus memperbarui lisensi praktek tiap jangka waktu tertentu, waktu untuk keluarga, dan mungkin kegiatan kemanusiaan seperti bakti sosial, belum lagi kehidupan sosial, sepertinya waktunya tidak pernah cukup pakai, jadi tak heran penggunaan waktunya harus seefisien mungkin.

Setelah selesai Operasi

Setelah selesai operasi .... ada beberapa tips yang bisa di liat :
1. Jika anestesinya adalah umum (dengan intubasi - pake alat dimasukkin di mulut).
Biasanya setelah sadar ada rasa gatel di tenggorokan, kayak mau batuk gitu dan kadang suara jadi serak sedikit ... ga usah panik ini sih biasa karena faktor alat anestesi tadi. Lama-lama keluhan akan hilang sendiri. Pada model anestesi kayak gini, setelah sadar dari operasi biasanya di coba minum sedikit-sedikit, kalau perlu ditunggu sampai buang angin dulu baru boleh minum atau makan (sedikit-sedikit). Karena akibat efek obat anestesi, usus-usus juga pada istirahat jadi kalau dipaksa dimasukkan minuman atau makanan yang ada paling muntah .... . Minuman atau makanan boleh masuk bila si usus udah mulai aktif lagi ... taunya aktif yaaa dengan buang angin tadi (alias kentut ... maaf), jadi berbahagialah kalau setelah operasi, buang anginnya cepet
2. Jika anestesinya dengan spinal, taunya pas mau di operasi kita di suruh duduk sambil sedikit membungkuk kemudian dokter anestesi / dokter yang membius menyuntikkan sesuatu di tulang belakang kita .... trus ga lama kaki kita terasa baal, lumpuh ga bisa diangkat ... nah kalo ini yang dilakukan berarti kita di anestesi spinal.
Setelah operasi ga boleh bangun dari tempat tidur selama 24 jam. Kalo bangun efeknya membahayakan buat pasien .... jadi jangan coba-coba bangun sebelum 24 jam ... harus bed rest !!! Mutlak ! Untuk keperluan BAK dan BAB cukup di tempat tidur ..... yaaa memang ga ngenakin tapi ada keuntungannya lho, dengan anestesi model gini setelah sadar dari operasi kita udah boleh makan dan minum seperti biasa hanya syaratnya harus tetep dalam keadaan berbaring. Enak kan . Jadi buat anestesi ini ga usah menunggu kedatangan si K***** .... asik kan

Pilihan jenis anestesi apa yang dipergunakan, yang nentuin bukan pasiennya tapi dokter bedah dan dokter anestesinya .... jadi kita sebagai pasien pasrah aja dah ... yang penting sembuh ... iya kan ?
3. Untuk operasi-operasi tertentu kadang kita harus puasa selama 3-4 hari misalnya pada operasi sambung usus ....
Jangan kuatir kita bakalan mati ... meskipun kita ga boleh makan en minum, dokter akan mengganti kebutuhan nutrisi kita lewat infus. Perhatiin deh infusnya kan ada yang tulisannya D5 ada yang aminovel ada yang namanya aminofusin dll. Itu semua infus makanan yang jumlah tetesannya juga udah diatur sedemikian rupa hingga pas buat tubuh kita. Jadi jangan sesekali ngatur-ngatur kecepatan infus, hukumnya dosa ..... karena tetesan itu udah diukur ama suster jadi bukan asal netes doang.
Ada anggapan semakin tetesannya banyak semakin cepet sembuh .... ini anggapan yang jelas-jelas keliru .....
4. Untuk penunggu pasien, perhatiin botol infus ; kalo udah tinggal dikit lapor ama suster ...
Apalagi untuk pasien-pasien kasus tertentu misalnya operasi prostat, ada botol infus yang dialirkan ke kandung kencing yang fungsinya untuk membilas kandung kencing agar sisa bekuan darah ga sampe njendal dan membuat buntu lubang kencing. Jadi bilasan air dengan tetesan super cepat dari botol infus itu harus sesering mungkin diganti.

Persiapan sebelum Operasi


Buat yang mau ngejalanin operasi ada beberapa tips nih :
1. Siapkan mental, supaya bisa ngejalanin proses operasi dengan baik. Pasrah dan teteuuuup berdoa .... Kalau pasiennya tenang ga stres-an dokter dan para perawat di RS juga jadi ikut tenang.
Ada yang saking takutnya sampe kringet dingin, akibatnya plester infus ga bisa nempel ... ada juga yang tiba-tiba tensinya naek ada juga yang tiba-tiba badannya mendadak demam, dan terakhir saking takutnya ada yang badannya jadi kaku banget sehingga tindakan anestesi /pembiusan spinal menjadi amat sulit. Pokoknya pasrah aja dah ....
2. Jangan lupa perhiasan seperti kalung, cincin, giwang/anting-anting, jam tangan pokoknya semua asesoris di copot ... bukannya takut ilang , tapi a.l untuk mempermudah kalau-kalau diperlukan tindakan resusitasi barang-barang tadi tidak akan mengganggu. Selain itu jangan memakai lipstik atau cat kuku agar pengawasan keadaan pasien bisa lebih baik.
3. Harus ada anggota keluarga yang nunggu. Ini penting karena saat di operasi kita kan ga sadar dan ga berdaya. Begitu juga setelah operasi selesai, di ruang rawat pun pasien masih teler. Jadi jika dokter memerlukan tambahan obat atau alat penunjang operasi, tambahan darah, pengiriman sampel tumor ke lab dll maka anggota keluarga yang fungsinya penunggu tadi bisa membantu.
4. Bawa alat komunikasi (jika ada), misalnya telfon seluler dan jangan lupa sama charger-nya skalian .. atau anggota keluarga lain yang bisa di jadikan asisten. Kalo bisa sih pilih asisten yang rada pinter dan gesit jangan yang oon, ntar pasiennya juga yang jadi tambah pusing.
5. Jangan lupa bawa baju ganti dan perlengkapan kosmetik lengkap (buat wanita). Biasanya setelah kita sadar dari operasi, sorenya atau besoknya pasti banyak yang besuk. Pada sebagian orang penampilan kan penting, jadi yaaa bedak dan lipstik juga parfum adalah termasuk barang penting yang jangan lupa untuk dibawa.
6. Bawa majalah kesukaan, alat permainan yang simpel seperti catur yang papannya bisa dilipet (kalo suka) atau mungkin PS (kalo ruang rawatnya di lengkapi dengan TV) .... kan lumayan juga sekaligus mengusir rasa bosen buat yang nunggu .....

Bedah Digestif untuk Penanganan Usus Buntu

Tanda-tanda dan gejala berikut mungkin menyertai radang usus buntu:
Apa Penyebab ini?:
Faktor-faktor berikut ini dapat menempatkan Anda pada risiko tinggi untuk mengembangkan usus buntu:
Apa yang Diharapkan di Kantor Penyedia Anda:
Tidak ada cara yang telah terbukti untuk mencegah usus buntu, tetapi makan makanan yang meliputi sayuran segar dan buah dapat menurunkan resiko mengembangkan kondisi.
Rencana Perawatan
Penyedia layanan kesehatan Anda mungkin resep obat-obatan sebagai berikut:
Bedah dan Prosedur Lainnya
Akut usus buntu adalah keadaan darurat medis, sehingga Anda harus mencari pengobatan konvensional segera. Jangan mencoba untuk mengobati usus buntu dengan terapi alternatif saja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplemen herbal tertentu dan dapat membantu untuk mencegah usus buntu, memperkuat sistem kekebalan Anda, atau membantu Anda lebih cepat pulih dari operasi.
Nutrisi
Jika Anda memerlukan appendectomy, suplemen berikut dapat membantu anda pulih lebih cepat:
Herbal
Tumbuhan lain yang dapat membantu tubuh Anda pulih lebih cepat jika Anda memiliki usus buntu termasuk:
Homoeopati
Belladonna dan Bryonia adalah obat homeopati klasik yang sering digunakan untuk usus buntu meradang.
Akupunktur
Seorang ahli akupunktur berlisensi dan bersertifikat akan bekerja sama dengan dokter untuk memantau kondisi Anda dengan cermat. Di beberapa bagian dunia, ahli akupunktur yang bekerja di rumah sakit untuk memberikan perawatan pada waktu yang sama dengan praktek medis konvensional. Bahkan dengan operasi, akupunktur bisa jadi akan sangat berguna untuk anestesi, pengendalian rasa sakit, dan pemulihan ditingkatkan.
Prognosis dan Kemungkinan Komplikasi:
Jika Anda memiliki operasi, Anda akan perlu melihat dokter 2 minggu setelah operasi, dan sekali lagi pada 6 minggu.

USUS MALAS / USUS PARALITIK / KEMBUNG TERUS MENERUS

Setelah menjalani operasi besar pada rongga perut misalnya operasi laparatomi eksplorasi (operasi dengan sayatan tengah perut ) kadang-kadang disertai dengan komplikasi terjadinya usus yang malas bekerja. Usus malas ditandai dengan adanya kembung, belum flatus / buang angin, mual dan muntah dan belum bisa BAB (buang air besar) untuk waktu yang relatif lama. Pada keadaan ini dokter akan memasang selang lewat hidung untuk membantu dekompresi / pengosongan isi usus . Pasien diharuskan puasa sehingga kebutuhan nutrisi didapat dari cairan infus. Pada keadaan yang sudah jauh lebih baik, pasien dapat diperbolehkan minum sedikit-sedikit atau hanya basah-basah bibir atau isap-isap permen. Sambil dievaluasi dengan melihat hasil produksi pada selang hidung, pasien dapat mulai melakukan mobilisasi bertahap, mika miki (miring kanan miring kiri), duduk bersandar, duduk tanpa bersandar, berdiri dan jalan. Jika dilakukan foto ronsen abdomen 3 posisi, kadang-kadang tampak seperti ada sesuatu yang menyumbat usus, dimana udara tidak mencapai daerah bawah. Meskipun demikian jika dokter tidak menemukan gambaran atau gerakan usus yang khas terlihat pada kasus dimana terjadi sumbatan yang memerlukan operasi segera, maka pengobatan pada pasien tersebut selain obat-obatan inti adalah puasa, puasa dan puasa. Foto ronsen abdomen 3 posisi biasanya akan diulang lagi untuk evaluasi. Pada pasien atau keluarga pasien yang kurang mengerti tentang penyakit yang ia derita, seringkali merasa khawatir, cemas karena harus tinggal lama di RS tanpa diperbolehkan makan dan minum disertai dengan kembung plus tanpa BAB dalam waktu lama. Pada kasus ini dibutuhkan kesabaran, ketaatan pasien untuk menerima instruksi dari perawat dan Dokter. Keluarga tentu saja memberikan semangat. Saran pada pasien dan keluarga pasien yang mengalami usus malas / usus paralitik setelah operasi 1) Pada saat dilakukan pemasangan NGT / selang melalui hidung, sering menimbulkan rasa tidak nyaman, dihadapi saja – tabah. 2 ) Sering harus dilakukan pemasangan kateter uretra (selang untuk BAK – buang air kecil) untuk menilai kecukupan cairan yang dimasukkan tubuh, alat ini juga sering menimbulkan rasa tidak nyaman. 3) Setiap hari harus mendisiplinkan diri untuk melakukan mobilisasi, mobilisasi jangan menunggu kalau perawat atau dokter datang. Tiap 8 jam belajar untuk miring kanan, jika belum sempurna miring / full miring maka punggung bisa diganjal dengan guling terlebih dahulu, kemudian 8 jam lagi miring kiri demikian seterusnya. Jika rasa sakit pada luka operasi sudah tak tertahan, mintakan obat penghilang rasa sakit pada perawat. Rasa sakit pada bekas luka operasi jangan menghalangi untuk melakukan mobilisasi. Hal ini lakukan terus menerus, tiap hari harus ada semangat untuk melakukan mobilisasi, tetapkan target untuk bisa duduk, berdiri dan jalan. Yang penting jangan lupa untuk terus semangat ! 4) Tetap bersabar jika melihat segelas teh manis hangat yang tersaji untuk keluarga yang menunggu, jangan tergoda untuk diminum begitu pula kalau melihat makanan atau buah di depan mata yang dibawa oleh pengunjung yang besuk. Jika tiba saatnya maka usus akan dapat bekerja lagi. Berikan dukungan moril pada pasien, agar dapat melewati keluhan tersebut dengan ikhlas. Ada yang ingin berbagi soal pengalaman mengalami “usus malas” sehingga harus berhari-hari bahkan berminggu-minggu istirahat di RS ?

USUS BUNTU - APENDIKS

Usus buntu atau appendix adalah organ yang letaknya disisi posteromedial dari sekum (bagian dari usus besar), kurang lebih 2,5 cm dibawah katup ileosekum. Panjangnya bervariasi, rata-rata 5-10 cm. Karena posisi-nya yang bervariasi, jika usus buntu mengalami peradangan (selanjutnya disebut apendisitis) sering mengakibatkan keluhan yang berbeda-beda. Dan karena posisinya berdekatan dengan banyak organ, jika terjadi apendisitis sering menampakkan gejala yang mirip dengan peradangan pada organ sekitarnya. Infeksi saluran kencing, batu pada saluran kencing, radang pada organ reproduksi wanita adalah salah satu dari kasus yang gejalanya hampir mirip dengan apendisitis. Pemeriksaan fisik yang baik dan atau disertai dengan pemeriksaan penunjang dapat menetapkan diagnosa apendisitis dengan baik. Radang usus buntu terpicu karena adanya sumbatan pada usus buntu. Sumbatan mengakibatkan pembengkakan usus buntu dan lama-lama tekanan intra-lumen apendiks meningkat, mengakibatkan dinding usus buntu rapuh dan perforasi / pecah. Awal serangan biasanya nyeri disekitar pusar bahkan pada banyak kasus menyerupai nyeri pada ulu hati / lambung. Lama-lama nyeri muncul pada daerah perut kanan bawah. Kualitas nyeri bervariasi tergantung dari banyak hal, antara lain apakah pernah mengkonsumsi obat antibiotik sebelumnya, apakah pernah mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri sebelumnya, letak usus buntu yang meradang dan seberapa parah kondisi usus buntu yang meradang.
Pada awal serangan, peradangan masih terlokalisir di apendiks , dampaknya tidak sehebat jika peradangan sudah berlanjut. Gejala awal seperti menyerupai sakit maag yaitu nyeri uluhati, mual, muntah atau kembung dan dapat juga disertai diare terus menerus. Jika peradangan sudah berlanjut, infeksi biasanya sudah menyebar ke seluruh rongga perut akibatnya terjadi perluasan infeksi pada organ yang lain. Pasien dapat jatuh dalam kedaaan infeksi berat dan dapat menimbulkan kematian Penatalaksanaan sebagian besar harus dioperasi, dengan metode konvensional atau dilakukan dengan laparoskopi . Pada apendisitis infiltrat yang berupa massa biasanya dirawat selama beberapa hari untuk kemudian akan dioperasi setelah beberapa bulan kemudian. Mortalitas meningkat terjadi pada anak-anak, usia tua, kasus dengan keterlambatan diagnosa serta kasus apendisitis dengan perforasi (kondisi usus buntu yang sudah pecah)
Hal-hal penting diketahui seputar apendisitis
1. Waspada jika sering mengalami keluhan nyeri pada ulu hati / lambung atau mengalami gejala-gejala yang mirip dengan sakit maag, atau mengalami diare terus menerus yang juga tidak kunjung reda meskipun telah diberikan obat-obatan, atau mengalami rasa mulas yang berkepanjangan disertai dengan sulit BAB dan atau BAB hanya berupa lendir atau cairan dan juga tidak membaik meskipun telah diberikan pengobatan. Segera konsultasi pada dokter bedah terdekat.
2. Diagnosa apendisitis tidak selalu disertai dengan jumlah sel darah putih / leukosit yang meningkat dalam darah
3. Untuk meminimalkan komplikasi setelah operasi, operasi dapat dilakukan dengan laparoskopi, selain menghasilkan komplikasi yang minimal, lama rawat juga menjadi lebih singkat
4. Perjalanan apendisitis sangat bervariasi, hal ini menimbulkan banyak perbedaan antara satu pasien dengan pasien lainnya. Perbedaan dalam hal operasi, ada yang sayatan dilakukan di kanan bawah, ada yang dilakukan di tengah perut atau ada yang dilakukan dengan laparoskopik. Ada yang harus disertai dengan pemasangan drain / selang di perut. Ada yang harus disertai dengan puasa 1-2 hari, setelah operasi selesai. Hasil akhir operasipun berbeda tergantung dari tingkat keparahan. Komplikasi setelah operasi, a.l perdarahan, infeksi juga banyak tergantung oleh banyak hal. Semakin ringan tingkat keparahan apendisitis maka kesembuhan dan lama rawat menjadi lebih singkat.
5. Jangan takut untuk menghadapi operasi karena pengobatan apendisitis satu-satunya adalah dengan operasi. Sebelum operasi, dokter bedah akan mempersiapkan kondisi pasien sampai layak untuk menjalani operasi, selain itu dokter juga akan memilih tehnik operasi yang sesuai dengan kondisi apendisitis yang diderita. Operasi pada tahap awal apendisitis dapat menurunkan kejadian komplikasi.
6. Apendisitis tidak ada hubungan langsung dengan kebiasaan makan jambu biji atau cabai